10 Agustus 2007

Kaum Revolusioner dan Parlemen (Pengalaman Kaum Bolshevik)

Oleh: Maurice Sibelle

Tulisan berikut merupakan ringkasan pidato dalam Konferensi Pendidikan Kaum Sosialis, Januari, 1993, yang disponsori oleh Partai Sosialis Demokratik (DSP), Australia. Maurice Sibelle merupakan salah satu anggota Komite Nasional DSP.

Salah satu hambatan terbesar untuk menyadarkan kelas pekerja tentang kemungkinan revolusi sosialis adalah karena kelas pekerja sudah terbuai/terbius oleh impian dan janji-janji yang ditanamkan ke benak mereka dari hari ke hari oleh penguasa kapitalis. Pengaruh/impian tersebut demikian mendalam dan meluas di kalangan kelas pekerja – yakni impian bahwa dengan atau melalui lembaga-lembaga demokrasi borjuis, terutama parlemen, kelas pekerja dapat mempertahankan/memperjuangkan dan memajukan kepentingan-kepentingan atau tuntutan-tuntutan mereka. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa kaum sosialis tidak dapat menghancurkan pengaruh/impian tersebut, yang telah begitu tertanam sedmikian mendalam di benak kelas pekerja, hanya dengan memblejeti/membongkar impian tersebut. Sebaliknya, untuk meyakinkan massa kelas pekerja bahwa parlemen hanya lah merupakan alat kaum borjuis, harus lah didukung oleh alasan-alasan atau argumen-argumen yang kuat dengan didukung oleh pengalaman-pengalaman kelas pekerja itu sendiri. Atau, dengan kata lain, massa kelas pekerja harus lah mengalami sendiri praktek-praktek perjuangan dalam menuntut kepentingannya di hadapan parlemen, sehingga mereka dapat menguji atau melihat sendiri keterbatasan-keterbatasan (baca: ketidakmampuan) parlemen dalam memenuhi segala macam kepentingan yang ada dalam aktivitas kelas pekerja. Setelah kelas pekerja yakin akan ketidakmampuan parlemen borjuis dalam memenuhi kepentingannya, maka mereka akan memiliki keteguhan dalam menghancurkan sistim parlemen borjuis tersebut, sehingga akan ada upaya untuk menggantikannya dengan lembaga-lembaga politik yang benar-benar demokratik –yakni suatu dewan buruh (pusat) yang dipilih oleh kelas buruh sendiri dan (tentu saja dengan demikian) mewakili kelas buruh, seperti Dewan Perwakilan Buruh yang muncul pada revolusi 1905 dan pada tahun 1917.

Antara tahun 1912-1914 kaum Bolshevik, yang dipimpin oleh Vladimir Lenin, dapat memanfaatkan parlemen buatan Tsar --Duma-- untuk membangun gerakan revolusioner kelas buruh. Pengalaman ini memberikan pelajaran yang sangat penting sehubungan dengan apa yang disebut dengan parlementarisme revolusioner, atau aktivitas parlementer revolusioner. Pengalaman tersebut merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah partai Bolshevik. Apa yang dikerjakan dalam periode ini merupakan landasan bagi perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepatnya pada tahun 1917, yang akhirnya mengantarkan kaum Bolshevik pada kemenangannya dalam Revolusi Oktober.

Pandangan Marx dan Engels tentang Parlementerisme

Keterlibatan/partisipasi kaum Bolshevik dalam pemilihan umum (pemilu) didasarkan atas tulisan Marx dan Engels yang merangkum/menyimpulkan pengalaman gerakan buruh revolusioner pada abad ke-19, terutama revolusi Perancis dan Jerman pada tahun 1848 serta Komune Paris pada tahun 1871.

Marx dan Engels tidak mempuyai impian/harapan bahwa kelas buruh dapat memenangkan kekuasaan politik melalui sistem parlementer. Setelah kegagalan revolusi demokratik-borjuis pada tahun 1848, mereka menyimpulkan bahwa kelas buruh tidak boleh tergantung pada alat-alat/perangkat-perangkat negara kapitalis yang sudah tersedia guna memenuhi kepentingan kelas pekerja. Kelas buruh harus menghancurkan negara borjuis tersebut dan menggantikannya dengan miliknya sendiri. Melalui pengalaman pemberontakan revolusioner pada tahun 1871 di Paris, mereka sudah dapat melihat bentuk-bentuk dan struktur-struktur macam apa yang diperlukan oleh suatu negara kelas buruh.

Dalam pidato pada Majelis Umum Asosiasi Kelas Pekerja Internasional (Internasional I), Mei 1871, yang kemudian dipublikasikan dalam The Civil war in France, Marx memaparkan:

Paris, merupakan pusat kedudukan kekuasaan pemerintahan lama (feodal) namun, pada saat yang sama, juga merupakan pusat kekuatan sosial kelas buruh Perancis. Di Paris ini lah meledak perlawanan bersenjata kelas buruh menentang upaya Thiers (presiden pemerintahan republik borjuis --Maurice Sibelle) dan Rurals (julukan bagi monarki yang didominasi parlemen Perancis --MS) untuk mengembalikan dan mempertahankan kekuasaaan pemerintahan lama, yang diwariskan kepada mereka oleh kerajaan (Oleh Napoleon III, Louis Napoleon Bonaparte, kemenakan Napoleon Bonaparte, dan merupakan kaisar Perancis dari tahun 1852-71 --MS). Kelas buruh bisa mempertahankan Paris dari serangan bergelombang (Paris diserang oleh tentara Prusia dalam perang Franco-Prussian pada tahun 1870-1871 --MS) hanya karena kelas buruh telah membubarkan tentara reguler kerajaan, dan kemudian menggantikannya dengan Garda Nasional yang sebagian besar anggotanya terdiri dari kelas buruh. Fakta tersebut menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi sudah bisa ditransformasikan menjadi sebuah lembaga. Oleh karenanya dekrit pertama Komune adalah tentang pembubaran tentara reguler kerajaan, yang digantikan oleh rakyat bersenjata.
Komune merupakan suatu bentuk pemerintahan dewan kotapraja, yang merupakan perwakilan dari berbagai kota, yang dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia, dan yang bertanggungjawab serta dapat digantikan dalam waktu yang singkat, kapan saja. Mayoritas anggotanya sesungguhnya adalah kelas pekerja, atau apa yang dikenal sebagai perwakilan dari kelas buruh. Komune bukan merupakan suatu parlemen; komune adalah suatu organ kerja eksekutif dan, sekaligus, juga legislatif. Polisi, yang sebelumnya merupakan alat dari Pemerintah Pusat, dilucuti atribut-atribut politiknya, diubah menjadi bertanggung jawab kepada komune, dan sewaktu-waktu dapat diganti oleh komune. Kini ia menjadi alat komune. Demikian juga perlakuan terhadap seluruh pejabat administrasi beserta cabang-cabangnya. Seluruh anggota komune, baik itu yang duduk di pemerintahan kotapraja maupun yang di bawahnya, bekerja untuk melayani kepentingan umum dengan standar upah kelas pekerja.

Komune Paris, tentu saja, bisa berfungsi sebagai model bagi semua pusat industri besar di Perancis. Begitu rejim komune bisa didirikan di Paris, maka pusat-pusat kekuasaan Pemerintahan lama lainnya di provinsi terpaksa harus memberikan jalan/kesempatan bagi berdirinya pemerintahan yang baru, pemerintahan yang dijalankan sendiri oleh kelas pekerja, kelas produsen yang sebenarnya. Bila dilihat garis besar (gambaran kasar) organisasi nasional komune, yang tak berhasil diwujudkan karena kekurangan waktu, jelas tercantum bahwa Komune merupakan bentuk politik perwakilan-perwakilan kota, bahkan desa yang paling kecil/terpencil sekali pun, dan di distrik-distrik pedesaan di mana tentara reguler dilucuti dan digantikan oleh milisia nasional, yang waktu pengabdiannya sangat singkat. Komune pedesaaan di setiap distrik mengatur keperluannya melalui sidang delegasi di pusat kota (majelis distrik). Majelis distrik ini kemudian memilih/mengirim wakilnya ke tingkat nasional untuk menjadi anggota Delegasi Nasional di Paris. Dan setiap delegasi setiap saat bisa digantikan dan terikat oleh mandat sementara (instruksi formal) yang diberikan oleh pemilihnya.

Mengomentari kesimpulan Marx tersebut, Lenin menulisnya dalam The State and Revolution:

Tentu saja, jalan keluar dari sistem parlementer bukan sekadar menghilangkan institusi perwakilan dan prinsip Pemilu, tetapi merubah institusi perwakilan (parlemen) dari ‘wadah omomg kosong’ (‘talking shops’) menjadi ‘badan pekerja’ (‘working bodies’). “Komune harus merupakan badan pekerja eksekutif dan legislatif pada saat yang sama, dan bukan hanya sebagai parlemen.”
“Badan pekerja, bukan parlemen” --ini merupakan ungkapan yang berasal dari kondisi parlemen saat itu-- dan “anjing kecil piaran” parlemen kaum sosial demokrat! Ambil contoh parlemen di beberapa negara, seperti Amerika dan Swiss, dari Perancis ke Inggris, Norwegia, dan sebagainya. –di negara-negara ini urusan sesungguhnya dari “negara” dilakukan dibelakang layar dan dilaksanakan oleh departemen-departemen, kedutaan dan staf umum. Parlemen diberi tugas untuk mempengaruhi dan membodohi “rakyat kecil” atau “masyarakat awam.”

Komune menggantikan parlemen bayaran dan korup dalam institusi masyarakat borjuis, sehingga kebebasan berpendapat dan diskusi tidak jatuh kedalam hal yang menyesatkan. Oleh karena itu parlemen itu sendiri yang harus melaksanakan hukum mereka; mengevaluasi hasil yang didapatkan; dan mempertimbangkan secara langsung kemampuan untuk membentuk pemerintahan sendiri. Institusi perwakilan masih ada, tetapi parlemen di sini bukan dalam kerangka sistim khusus, seperti pembagian kerja buruh antara legislatif dan eksekutif, sebagai kedudukan khusus bagi anggotanya. Kita tidak dapat membayangkan demokrasi tanpa institusi perwakilan --bahkan dalam demokrasi proletariat sekalipun. Tetapi kita dapat dan harus membayangkan demokrasi tanpa parlemen, jika kritik masyarakat borjuis tidak berarti apa-apa bagi kita, jika keinginan untuk menghancurkan aturan borjuis menjadi kebutuhan kita, dan bukan hanya sekadar ratapan “pemilu” untuk mendapatkan suara kaum pekerja -- seperti yang dilakukan oleh kaum Manshevik.

Ketika menjadi oposisi revolusioner terhadap parlemen, Marx dan Engels mendukung perluasan hak pilih universal bagi kelas pekerja dan memanfaatkan pemilihan parlemen bagi propaganda sosialis. Sebagai contoh, pada bulan Maret 1850, dalam menyebarkan propaganda di antara anggota Liga Komunis di Jerman, Marx dan Engels mengharapkan bahwa tugas mendesak revolusi anti-feodal di negara tersebut adalah pemilihan ‘majelis perwakilan nasional’. Dalam kerangka ini, Marx dan Engels berpendapat, Liga Komunis harus mencoba untuk melihat bahwa ”di mana pun calon kaum buruh harus diposisikan sejajar dengan calon dari demokrat-borjuis, dan dalam pemilihan harus didukung dengan segala cara”. Mereka meneruskan pendapatnya bahwa:

“… meskipun tidak ada harapan apakah mereka akan dipilih, buruh harus menentukan sendiri calonnya untuk menunjukkan ketidakterikatan, independensi mereka, untuk mengukur kekuatan mereka sendiri dan untuk menunjukkan di mata umum sikap dan pandangan partai mereka yang revolusioner. Dalam hubungan ini mereka harus tidak membiarkan dirinya dipengaruhi oleh berbagai macam pendapat kaum Sosial Demokrat, sebagai contoh, bila mereka terpengaruh oleh pendapat kaum Sosial Demokrat mereka akan mengisolir diri dari partai demokratik dan akan memberikan reaksi yang memungkinkan kegagalan kemenangan mereka. Tujuan akhir dari tulisan tersebut dipersembahkan bagi kaum proletariat. Keuntungan yang diambil dari partai proletariat dengan sikap independensinya itu tentu saja lebih bermanfaat ketimbang kerugian yang mungkin diperoleh dengan memunculkan reaksi-reaksi dalam dewan perwakilan.

Di tahun 1895, dalam kata pengantar “Class strugle in France” Engels menambahkan bahwa “ Manifesto Komunis telah menyatakan bahwa memenagkan hak suara universal dalam tahap demokrasi merupakan langkah pertama dan tugas penting kaum proletar militan.”
Ketika hak suara universal diberlakukan di Prusia oleh pemerintahan Bismarck di tahun 1866, “kaum pekerja kita harus segera mengambilnya dengan sungguh-sungguh dan pertama-tama mengirim August Beble ke konstituante Reichstag.” Melalui semacam kampanye pemilihan sosialis, kaum Marxis Jerman dapat mentransformasikan/merubah hak parlemen “dari alat kebohongan, seperti yang telah terjadi sebelumnya, menjadi alat berpartisipasi.” Engels melanjutkan:

Benarkah hak pilih universal tidak memberikan sebuah keuntungan dibandingkan sebelumnya, karena dengan itu memungkinkan kita dapat menghitung kembali jumlah anggota setiap 3 tahun sekali dan, melalui lembaga reguler, peningkatan suara, secara cepat dan bersamaan dapat meyakinkan kelas pekerja akan kemenangan yang bermakna pemusnahan oposisi mereka serta, selain itu, dapat menjadi alat propaganda utama; juga dapat mengingatkan kembali akan kekuatan kita, dan menyodorkan pada kita satu parameter tersendiri bagi tindakan-tindakan kita; selain itu, menyelamatkan kita dari ketidakyakinan yang bebal, seperti halnya suatu kedunguan yang tak tertolongkan –untuk memuntaskan/melengkapi penjelasan di atas, maka tolak ukurnya adalah dukungan politik, dan sejauh ini memang telah terlihat. Agitasi pemilu dapat menjadi alat untuk berhubungan dengan massa, yang masih jauh dari kita; mengerahkan/memanfaatkan seluruh lembaga untuk mempertahankan pendapat-pendapat dan tindakan-tindakan kita dihadapan rakyat dan, lebih jauh lagi, hal itu akan membekali wakil-wakil kita di parlemen dengan suatu platform dalam berhadapan dengan lawan kita di parlemen dan kepada massa yang "hilang," juga kita bisa memperoleh wewenang dan kebebasan lainnya ketimbang sekadar di media ataupun forum-forum pertemuan.

Engels meneruskan bahwa propaganda pemilihan umum merupakan alat yang lebih efektif dalam perjuangan ketimbang petualangan revolusioner “yang dilakukan berdasarkan kesadaran minoritas di antara massa yang tidak sadar” --seperti usaha-usaha ultra-kiri yang dilakukan oleh sekelompok kecil untuk merebut kekuasaan melalui perjuangan jalanan. Dia melihat partisipasi kaum sosialis dalam pemilihan umum sebagai ”salah satu senjata yang sangat tajam” untuk melawan institusi negara dan membelejeti partai-partai lain dihadapan massa; sebagai metode efektif untuk memenangkan massa rakyat dengan ide-ide partai; sebagai kerangka kerja yang berguna untuk mengekspresikan ide-ide partai dan menyerang komponen-komponen lain jika partai sukses memenangkan kursi; untuk menilai kekuatan dan dukungan massa pada partai; sebagai alat untuk membenarkan partai di hadapan massa dan meletakkan partai dalam posisi di mana usaha-usaha partai diluar hukum dapat dilakukan dengan lebih mudah. Hal ini terutama penting di Jerman dalam masa diberlakukannya hukum anti-sosialis. Aktivitas terbuka partai --seperti kampanye dalam pemilu umum-- merupakan senjata kekuasaan yang memungkinkan partai berjuang untuk memperoleh hak-nya sebagai partai yang eksis.


Bolshevik Dan Duma T’sar

Praktek yang paling sukses dari pendekatan revolusioner Marxist tentang parlementerisme dilakukan oleh Bolshevik. Pengalaman pertama dari Bolshevik dengan parlementerisme terjadi pada tahun 1905 ketika rejim T’sar menyerukan pemilihan Duma --nama Parlemen di Rusia.
Rejim Tsar merupakan monarki yang benar-benar absolut, semua kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif tersentral di tangan Tsar. Duma hanya merupakan bentuk konsesi terhadap revolusi yang meledak pada tahun 1905. Lebih-lebih, kekuasaan Duma hanya merupakan badan penasehat, dipilih dengan hak suara yang benar-benar terbatas agar dapat menjamin kesetiaan pada tuan tanah, yang merupakan mayoritas anggota.
Bolshevik dengan sukses mendukung boikot pada pemilihan Duma I. Pemilihan Duma I "disapu" oleh pemogokan umum pada Oktober, 1905, dan pembentukan Dewan Buruh "Soviet" di St. Petersburg. Soviet dibentuk oleh delegasi yang dipilih oleh majelis buruh untuk mengorganisir dan mengkoordinasikan pemogokan umum. Lenin menggambarkan Soviet ini sebagai "embrio pemerintahan revolusioner sementara."
Boikot Duma I merupakan taktik yang berhasil karena kondisi revolusioner yang memungkinkan pada saat itu. Massa memobilisir perjuangan bersenjata guna melawan institusi rejim lama, dan merupakan sebuah kesalahan untuk melanjutkan taktik boikot dalam kondisi yang adem ayem.
Pada tahun 1906 mulai terjadi penurunan revolusi, sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa revolusi yang muncul masih terbatas pada pusat-pusat perkotaan dan tidak menyebar luas pada masyarakat --seperti pada massa petani di pedesaan-- untuk terlibat dalam proses revolusi. Bolshevik salah memperhitungkan kenyataan ini, dan mengharapkan bangkitnya kembali gerakan massa revolusioner, sehingga Bolshevik kembali menyerukan boikot pemilihan Duma. Akhirnya boikot gagal dan Duma tetap didirikan.
Segera setelah itu, pemerintahan T’sar merasa perlu untuk membubarkan Duma dan membangun Duma baru yang lebih loyal. Pada awal 1907 pemerintah segera menyerukan Pemilu. Pada masa ini Bolshevik dan Menshevik bergabung dengan partai-partai radikal lain dalam mengajukan calon dalam Pemilu tersebut. Sejumlah anggota Bolshevik terpilih sebagai perwakilan.
Pada Juni 1907 Duma II dibubarkan dan perwakilan buruh ditangkapi dan dipenjara. Sejumlah anggota Bolshevik menyerukan boikot pada pemilihan Duma III. Lenin dan mayoritas anggota Bolshevik menolak boikot. Bolshevik kembali segera memberikan beberapa nama anggota dan beberapa di antaranya terpilih. Duma III berakhir sampai pada tahun 1912, ketika diadakan seruan pemilihan Duma IV --Duma terakhir sebelum revolusi Februari 1917.

Kampanye Pemilihan Duma IV
Keterlibatan Bolshevik dalam Duma IV ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Hal ini ditulis dalam sebuah buku oleh salah satu anggota fraksi Bolshevik di Duma --yaitu A.Badayev-- yag diterbitkan di tahun 1929 dengan judul The Bolshevik in the T’sarist Duma. Buku ini memberikan sumber utama dalam memahami diskusi Bolshevik tentang taktik pemilihan.
Bolshevik memutuskan untuk mecalonkan beberapa kandidat dalam pemilihan Duma IV, terlepas dari kenyataan bahwa Duma III patuh pada kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh T’sar. Bolshevik lebih berhati-hati ketika memutuskan untuk terlibat dalam pemilihan kali ini. Mereka tidak mempunyai harapan pada parlemen ini. Seperti yang ditulis dalam majalah mereka, Pravda:

Keseluruhan kegiatan Duma negara diarahkan pada kepentingan kelas mayoritas anggotanya. Oleh karena itu dalam lima tahun "kesanggupannya", Duma tidak dapat memberikan sebuah solusi bagi sejumlah persoalan penting negara. Segala usaha yang dilakukan oleh partai kiri untuk menggambarkan aspek negatif dalam kehidupan Rusia dan upaya untuk menuntut kepedulian mereka kepada negara dibuat frustasi oleh suara-suara mayoritas yang dominan ...

Hukum Pemilu diarahkan bagi kepentingan Seratus Hitam (Black Hundreds), kelompok yang mendukung monarki, kekuatan pro-tuan tanah di Duma. Tak dapat disangkal lagi bahwa kegiatan Duma IV akan diarahkan untuk menindas buruh.
Meskipun ada anggapan ini, Bolshevik memutuskan untuk tetap aktif dalam pemilihan Duma. Pengalaman mengajarkan Bolshevik bahwa pemilihan Duma dapat dimanfaatkan untuk tujuan agitasi-propaganda. Fraksi Duma menjadi pusat pengorganisiran bagi partai-partai di Rusia, dan kerja-kerja yang dilakukan fraksi di luar Duma merupakan hal yang sangat diperlukan untuk pembangunan partai pada periode tersebut.
Pada tahun 1911 Lenin menganggap bahwa kampanye pemilihan Duma IV menjadi pusat propaganda penyerangan partai. Ia menulis:

Pemilihan Duma IV dilaksanakan pada tahun berikutnya. Pertamakali Partai sosial demokrat harus segera mengumandangkan kampanye pemilihan ... Propaganda yang intensif, agitasi, dan organisasi adalah kerja-kerja setiap harinya pada saat itu, dan pemilihan yang akan datang memberikan kewajaran, sesuatu yang tak dapat dielakan, ‘dalih’ topik bagi kerja-kerja partai.

Keseriusan yang dilakukan oleh Bolshevik dalam kampanye Pemilu dapat digambarkan buku Badayev yang berjudul The Bolshevik in the Tsarist Duma:

Komite Pusat menyertakan secara khusus pentingnya Pemilu di St. Petersburg dan kemudian menginstruksikan organisasi di S.t Petersburg untuk memperluas kerja-kerjanya seluas mungkin dan memobilisasi seluruh kekuatan partai untuk kampanye Pemilu. Komite St. Petersburg menyusun sebuah komisi untuk mengawasi Pemilu, dan pembagian daerah pemilihan di kota dialokasikan pada anggota-anggotanya.

Ia kemudian melanjutkan dengan detail, keterlibatan beberapa anggota, dari pemimpin partai sampai anggotanya di pabrik-pabrik.
Bagi Bolshevik, kampanye pemilihan Duma merupakan pusat kehidupan partai. Hal itu terutama karena kerja kampanye merupakan kerja-kerja legal yang terbuka bagi Bolshevik. Tentu saja, calon Bolshevik, tidak dapat secara terbuka menyatakan dirinya sebagai sosialis. Secara umum, mereka menyatakan dirinya sebagai ‘kaum demokrat yang konsisten.’
Pada saat ini perpecahan antara Bolshevik dan Menshevik belum terjadi secara formal. Ketika kedua fraksi bekerja secara terpisah, mereka dilihat oleh massa sebagai anggota partai yag satu, Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia. Seluruh perbedaan-perbedaan yang ada "terpaksa dikaburkan" bahkan lebih jauh dikarenakan kenyataan bahwa partai tersebut dilarang sehingga tidak bisa bekerja secara terbuka.
Oleh karena itu, melalui kerja-kerja kampanye, Bolshevik dapat menarik perbedaan antara garis revolusioner mereka dan pendekatan reformist yang dilakukan oleh Menshevik.

Platform Pemilihan Bolshevik dan Menshevik
Lenin menjelaskan tentang arti petingnya kerangka kerja pemilu --yang tidak dibuat khusus pada masa-masa pemilu, tetapi tumbuh dari program umum partai dan posisi partai yang tumbuh melalui pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Ia menulis:

Sering kali sangat bermanfaat, dan bahkan kadang-kadang merupakan sangat esensial, untuk memberikan sentuhan akhir pada kerangka kerja Pemilu Sosial Demokrat dengan menambahkan slogan umum yang singkat, semboyan untuk memilih, membicarakan isu utama dalam kehidupan praktek politik yang terjadi, dan memberikan sebuah keyakinan dan dalihnya yang perlu, sebagaimana halnya persoalan-persoalan yang berkaitan untuk propaganda sosialis yang komperehensif. Dalam pendapat kami hanya tiga poin berikut ini dapat disusun menjadi semboyan, slogan umum itu ialah: (1) republik, (2) penyitaan (pengambilalihan) tanah negara, dan (3) delapan jam kerja.

Tuntutan ini dihubungkan dengan keputusan konferensi PBSDR Prague pada tahun 1912. Sisa program partai dijadikan bahan propaganda yang dihubungkan dengan ketiga slogan diatas.
Tiga slogan ini merumuskan tuntutan utama dari buruh dan petani Rusia. Delapan hari kerja merupakan tuntutan langsung dari perjuangan ekonomi kelas buruh. Tuntuan penyitaan tanah dari tuan tanah, dan negara menawarkan solusi revolusioner mengenai problem agraria.
Slogan Republik muncul secara langsung dari/karena persoalan kekuasaan politik. Slogan ini menggambarkan pandangan bahwa tidak ada cara yang paling menguntungkan bagi kelas buruh dalam meningkatkan kesejahteraannya selain dalam bentuk pemerintahan republik. Republik hanya akan menjadi kenyataan di Rusia melalui revolusi yang dapat menghancurkan rejim T’sar.
Kemudian Bolshevik menghubungkan seluruh tuntutan yang lain dan kebijakan yang muncul dalam kampanye pemilu dengan pemikiran bahwa perubahan fundamental dalam tatanan politik memang diperlukan; yaitu keinginan massa hanya dapat dipenuhi melalui perubahan radikal kekuasaan pemerintah.
Di sisi lain, program kampanye Menshevik, berkisar disekitar dua tuntutan: (1) kedaulatan perwakilan anggota dan (2) revisi peraturan agraria. Dua tuntutan ini merupakan penyesuaian taktik untuk kerja-kerja legal mereka yang dijalankan dalam Duma. Sistem Pemilu dibuat sedemikian curang untuk menghasilkan Duma yang anggotanya mayoritas akan mengabdi pada kapitalis dan tuan tanah. Oleh karena itu kepentingan para buruh dan petani tidak dapat dipenuhi oleh Duma. Dengan kata lain kerangka kerja Menshevik menyatakan bahwa sistem ini tetap dapat memberikan hasilnya ketimbang menggantikan sistem agar memberikan hasil.
Bolshevik tidak tertarik untuk memberikan ilusi kepada massanya bahwa keinginan mereka dapat dipenuhi melalui parlemen. Mereka menganggap kampanye pemilihan parlemen sebagai kesempatan untuk melakukan agitasi dan propaganda, sebagai salah satu alat mengorganisir massa untuk aksi menolak pemerintahan yang ada.

Sikap Bolshevik untuk melakukan aliansi
Sikap Bolshevik terhadap partai lain juga sangat jelas. Resolusi konferensi yang diadakan pada bulan januari 1912 menyatakan:

... partai harus terus melakukan peperangan tanpa ampun terhadap otokrasi Tsar dan Partai Tuan Tanah dan kaum kapitalis yang mendukung T’sar, dan pada saat yang sama terus menerus membongkar pandangan kontra revolusi serta demokrasi palsu kaum borjuis liberal (dalam anggapan mereka Partai Kadet). Perhatian khusus harus diberikan pada kampanye pemilu untuk menjaga independensi partai proletariat dari pengaruh semua partai non-proletariat, untuk membongkar sifat dasar borjuis kecil tentang sosialisme-gadungan kelompok demokrasi (terutama Trudoviks, Narodniks, dan kaum sosialis-revolusioner), serta untuk membongkar kesalahan kerja yang menyebabkan manfaat demokrasi borjuis tidak dapat dimaksimalkan sehingga menjadi bimbang dalam memahami persoalan perjuangan massa revolusioner.

Pada saat yang sama, Bolshevik melakukan persiapan untuk melakukan aliansi Pemilu dengan partai borjuis kecil demokratik seperti kaum sosialis revolusioner dan bahkan dengan borjuis liberal yang berlawanan dengan partai monarki, tetapi tetap menjaga kebebasan mereka untuk melakukann kritik terhadap kawan aliansi. Pada tahun 1920 dalam pamflet “Left-Wing” Communism -An Infantile Disorder, Lenin kembali menyatakan bahwa:

Sebelum kejatuhan T’sar, Sosial Demokrat Revolusioner Rusia berulangkali hanya melayani kepentingan borjuis liberal, sebagai contoh, mereka banyak menandatangani praktek kompromis dengan borjuis liberal ... sementara pada saat yang sama sebenarnya mampu secara terus menerus memerangi ideologi dan perjuangan politik liberalisme borjuis dan melawan manifestasi licik pengaruh borjuis liberal terhadap gerakan kelas pekerja dan petani, melawan borjuis liberal dan rejim T’sar, juga tidak pernah segan-segan mendukung kaum borjuis melawan rejim Tsar. Bolshevik selalu setia dengan kebijakan ini. Sejak tahun 1905 mereka secara sistematis telah mendukung aliansi antara klas buruh dan petani, dan sekali-kali tidak pernah menolak untuk mendukung borjuis melawan T’sar (terutama, selama masa periode kedua Pemilu, atau selama Pemilu II) dan tidak pernah menyerah pada kelemahan ideologi mereka, dengan menyatakan bahwa perjuangan politik kaum Sosialis-Revolusioner, partai petani borjuis revolusioner, sebagai borjuis kecil demokrat yang secara salah menggambarkan dirinya sebagai kaum sosialis. Selama masa pemilihan Duma pada tahun 1907, Bolsevik masuk dalam blok politik formal dengan kaum Sosialis-Revolusioner.

Tujuan dari aliansi Pemilu ini, sebagai keseluruhan taktik kaum Bolshevik, seperti yang dijelaskan Lenin, ‘untuk meningkatkan’ --bukan merendahkan-- tingkat kesadaran kelas proletariat umumnya, meningkatkan semangat revolusi, dan meningkatkan kemampuan berjuang serta menang.” Lenin melanjutkan catatannya bahwa:

Kaum borjuis kecil demokrat (termasuk Menshevik) tidak bisa menghindarkan dirinya dari kondisi yang terombang-ambing antara kaum Borjuis dan proletariat, antara demokrasi borjuis dan sistem Soviet, antara kaum reformis dan revolusioner... taktik kaum komunis yang benar harus konsisten dengan memanfaatkan kebimbangan ini, bukan mengabaikan mereka; memanfaatkannya untuk menyerukan konsesi-konsesi kepada elemen-elemen yang condong pada proletariat --kapanpun dan dalam kondisi yang sama -- sebagai tambahan tuntutan pada mereka yang condong kearah borjuis.

Pendidikan, pelatihan, dan pengorganisiran yang dilakukan bagi kelas buruh dan kelompok-kelompok aliansi untuk memenangkan perjuangan massa revolusioner merebut kekuasaan merupakan taktik Bolshevik dalam pemilu.
Sebaliknya, posisi Menshevik adalah merebut Duma dari tangan kaum reaksioner dengan jalan mendapatkan kursi yang lebih banyak bagi kelompok borjuis liberal. Mereka percaya bahwa perjuangan dalam kampanye Pemilu merupakan posisi di tengah-tengah antara kaum reaksioner dan blok liberal, padahal seharusnya mereka harus berada pada kelompok kiri. Posisi yang diambil Menshevik pada saat itu kalau disamakan dengan kondisi saat ini dilakukan oleh mereka yang percaya bahwa kita seharusnya mensubordinasikan kerja-kerja Pemilu kita dalam rangka mendukung Partai Buruh Borjuis Liberal melawan koalisi partai konservatif.

Sistem Pemilu
Sistem Pemilihan Duma merupakan sistem Pemilu yang benar-benar tidak demokratis. Perwakilan ditekankan untuk memastikan bahwa Duma yang terbentuk adalah Duma yang simpatik di hadapan pemerintahan T’sar. Hanya ada enam (6) diluar dari 442 anggota Duma yang dipilih dari pusat kelas-buruh. Meskipun dalam sebuah wilayah di mana ada campuran pemilih yang berasal dari latar belakang kelas-sosial yang berbeda, hanya mereka yang membayar pajak memilih dapat memiliki hak untuk memilih. Dengan cara demikian mayoritas buruh tidak dapat memiliki hak pilihnya. Pendaftaran pemilih dilakukan oleh Polisi yang akan menolak mereka-mereka yang dikenal radikal. Dalam persoalan hak pilih kelas buruh, hanya mereka yang sudah bekerja selama enam bulan dalam pabrik tertentu dapat memiliki hak suara. Manajemen akan memecat setiap kandidat yang potensial.
Proses pemilihan di lingkungan kelas buruh merupakan pemilihan wakil dari pertemuan berdasarkan pabrik (curias), yang memberikan suaranya bagi orang yang punya hak suara, dan kemudian mereka menyetujui tata cara pemilihan (electoral collage) guna memilih anggota Duma. Proses ini penuh dengan manipulasi. Pemilihan dilakukan setelah 1 atau 2 hari pemberitahuan, selama sehari atau dua hari. Calon dapat didiskualifikasi tanpa satu penjelasan apapun. Manager pabrik melaksanakan pemilihan di tempat kerja.
Dalam situasi demikian, kaum Bolshevik terpaksa harus melakukan pertemuan rahasia. Pertemuan rahasia tersebut, yang diselenggarakan di hutan, bertujuan mendiskusikan calon mereka.
Dalam pertemuan ini, Bolshevik menyusun sebuah sistematika kampanye dan menyusun semua tingkatan proses pemilihan. Mereka berdebat mengenai calon non-partai. “Calon non-partai merupakan orang yang tidak mempunyai keyakinan dan oleh karena itu akan mudah terombang-ambing dalam jalan yang salah,” demikian mereka menjelaskan. Kepentingan kelas buruh dapat diwakilkan kepada anggota dari partai yang posisinya sudah jelas dan partai akan mampu mengontrol perwakilannya.
Kaum Menshevik berpendapat untuk menyatukan calon-calon perwakilan yang diserahkan pada kaum Sosial-Demokrat. Kaum Menshevik berpendapat bahwa calon yang diambil oleh kaum Sosial-Demokrat harus dipilih dengan dasar kemampuan personal mereka. Tetapi, berbeda dengan Menshevik, kaum Bolshevik berpedapat bahwa calon harus dipilih berdasarkan pada agenda (program) politik mereka; perdebatan ini justru menguatkan persatuan karena ternyata para pekerja mampu memilih perwakilannya.
Siapapun yang terlibat dalam diskusi mengenai pemilu dengan Greens dan kaum Demokrat mungkin akan paham dengan pandangan Menshevik. Menokohkan seseorang dengan dasar keterkenalan (high-profile) calon anggota merupakan persoalan yanng penting bagi mereka dibandingkan dengan program yang dibawa dari calon tersebut.

Kampanye Pemilu dan Aksi Massa
Kaum Bolshevik memanfaatkan segala kesempatan dalam kampanye Pemilu untuk memobilisasi massa dan melibatkan massa dalam kampanye. Tema kampanye massa berdebat sekitar persoalan-persoalan yang sangat panas pada saat itu. Penguasa melakukan segala sesuatu untuk menghambat pemilu. Badayev menggambarkan hal itu sebagai berikut:

Suasana pemilu yang diselenggarakan secara tergesa-gesa, terutama dalam melakukan ‘diskualifikasi’ 50% perwakilan seluruh pabrik-pabrik dan perusahaan membangkitkan kemarahan kaum pekerja yang ada di St. Petersburg. Pemerintah bertindak terlalu jauh. Para buruh menjawab dengan gerakan protes yang sangat kuat.
Pabrik Putilov merupakan pabrik yang pertamakali mogok. Pada hari Pemilu, 5 Oktober, ketimbang kembali ke pabrik setelah makan siang, para buruh lebih suka berkumpul di tempat mereka kerja dan meyatakan diri mogok. Seluruh buruh pabrik keluar --hampir 14.000 buruh. Jam 3 pagi beribu buruh meninggalkan pabrik dan berjalan kearah pintu gerbang Narvsky menyanyikan lagu-lagu revolusi, tetapi mereka dibubarkan oleh polisi. Pemogokan menyebar luas ke galangan kapal Nevsky, dimana 6500 buruh mengorganisir pertemuan dan demonstrasi politik. Mereka bergabung dengan buruh dari Pale dan Maxwell will, buruh Aexeyev, dan sebagainya. Hari berikutnya buruh Erikson, Lessner, Heisler, Vulcan, Duflon, Phoenix, Cheshire, Lebedev, dan pabrik lain bergabung.
Pemogokan segera menyebar luas ke seluruh St Petersburg. Pemogokan tidak hanya terjadi di pabrik-pabrik dimana perwakilan anggotanya dibatalkan, tetapi pabrik-pabrik lain juga terlibat. Pertemuan-pertemuan dan demonstrasi-demonstrasi diorganisir. Beberapa pabrik mengkaitkan protes mereka dengan hambatan pembentukan serikat buruh, kebebasan berorganisasi dijadikan sebagai syarat pemilu jurdil. Seluruh isu pemogokan merupakan isu politik; tidak ada satupun isu ekonomis. Dalam sepuluh hari lebih dari 70.000 buruh terlibat dalam pemogokan. Para buruh dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak akan menyerahkan hak suara mereka, bahwa mereka sadar apa artinya pemilu bagi mereka dan kerja-kerja semacam apa yang harus dilakukan wakil-wakil mereka di Duma nantinya.
Gerakan pemogokan terus berlanjut sampai pemerintah dapat dipaksa (diyakinkan) bahwa buruh tidak dapat dipisahkan haknya untuk terlibat dalam pemilu dan pemerintah dipaksa untuk mengumumkan bahwa pemilu yang baru akan dilaksanakan tanpa kecurangan. Beberapa pabrik dan perusahaan yang sebelumnya belum terlibat dalam pemilihan anggota dimasukan dalam daftar wilayah pemilihan. Selanjutnya, pemilihan anggota harus dibatalkan dan pemilihan baru diadakan setelah ada penambahan delegasi yang dipilih. Ini merupakan kemenangan terbesar bagi kelas buruh dan terutama kaum proletaroiat di St Petersburg, yang telah menunjukan kesadaran revolusioner sedemikian besar.

Pada pertemuan di Curia Bolshevik memberikan daftar instruksi pada wakil mereka yang terpilih apa yang harus didiskusikan dan disuarakan; Instruksi untuk membicarakan cara melibatkan pemilih untuk mendiskusikan aturan perwakilan terpilih dan memberikan mereka mandat bagi kerja-kerja mereka; Instruksi Bolshevik menyerukan anggotanya untuk memanfaatkan Duma supaya mengkampanyekan tuntutan buruh dan bukan bertindak sebagai legislatif. Mereka mengikat perwakilannya pada kerangka kerja Bolshevik.
Kondisi kemudian berubah ketika dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa Menshevik dan Bolshevik merupakan partai-partai yang bersaing untuk memperebutkan gubernia (daerah pemilihan) lingkungan buruh. Proses klarifikasi tersebut diikuti dengan kemenangan Bolshevik, yang merupakan kemenangan penting Bolshevik dalam memenangkan mayoritas suara buruh satu tahun kemudian ketika secara resmi Bolshevik dan Menshevik pecah menjadi dua partai yang terpisah.
Permulaan kampanye pemilu Bolshevik diidentikan dengan publikasi penerbitan legal pertama Bolshevik, Pravda, terbitan dengan empat halaman yang terbit setiap hari. Pravda menjadi alat prinsipil untuk mempublikasikan kampanye dan mempopulerkan kerangka kerja pemilihan umum Bolshevik.
Peredaran terbitan meningkat sekitar 40.000 perhari hanya di St. Petersburg saja. Pravda menjadi alat penting buruh guna mendapatkan innformasi mengenai aktifitas wakil-wakil mereka. Pravda menjadi media utama buruh guna mengetahui pidato-pidato wakil mereka.
Hanya sejumlah kecil media borjuis yang meliput aktifitas Boshevik. Bolshevik menyadari ini dan Lenin memonitor perkembangan Pravda dari dekat, seperti yang ia lakukan pada masa kampanye pemilu.
Enam dari 442 anggota yang dipilih dalam Duma IV adalah anggota Bolshevik. Hasil akhir wakil partai-partai di Duma adalah: 65 kaum kanan, 120 nasionalis dan kaum moderat, 98 kaum Oktobris, 48 progresif, 59 Kadet (Demokrat Konstitusional), 21 kelompok kebangsaan, 10 Trudoviks (kaum intelektual, seperti Sosialis Revolusioner), 14 Sosial demokrat dan 7 Independen. Fraksi sosial demokrat kemudian dibagi lagi menjadi 6 Bolshevik, 7 Menshevik dan 1 wakil non-partai.

Perpecahan dalam Fraksi PBSDR
Menshevik dan Bolshevik terlibat dalam konflik sejak saat-saat awal sidang parlemen. Perdebatan terjadi pada persoalan mengenai status perwakilan kelompok kebangsaan Polandia. Bagi PBSDR sikap politiknya terlihat aneh, dan ia menyesuaikan dirinya dengan posisi Menshevik. Tekanan konflik dalam fraksi Sosial-Demokrat meningkat dan menajam saat Bolshevik menarik diri dari keanggotaan majalah Menshevik, Luch. Menshevik kemudian memanfaatkan jumlah anggotanya dalam fraksi untuk memblokade juru bicara Bolshevik di Duma dan di dalam komite. Hal itu memaksa Bolshevik untuk memisahkan diri dari fraksi Sosial-Demokrat.
Jumlah anggota Menshevik dalam fraksi Sosial-Demokrat tidak mencerminkan jumlah dukungan terhadap mereka di tingkat nasional. Pemilu yang memberi kesempatan kepada suatu partai untuk melakukan kecurangan memberikan makna bahwa anggota Menshevik hanya mewakili 246.000 orang, sementara Bolshevik mewakili 1 Juta orang.
Setelah perpecahan, perdebatan mulai meluas di kalangan buruh. Bolshevik melakukan kampanye melawan Menshevik. Bolshevik menetapkan batas-batasan, melakukan perdebatan dengan Menshevik di pabrik-pabrik dan menulis artikel di Pravda. Badayev memperkirakan bahwa mereka memenangkan dukungan sekitar 75% sampai 90% buruh. Bolshevik memenangkan mayoritas kursi dalam kepemimpinan buruh, sejumlah 14 kursi dari 18 kursi.
Resolusi dukungan pada Bolshevik mengalir dari seluruh pelosok negeri. Bolshevik merupakan pilihan mutlak bagi buruh.

Aksi Massa dan Kerja Parlemen
Kemenangan Bolshevik merupakan hasil dari usaha-usaha mereka yang konsisten dalam menghubungkan kerja mereka di Duma dengan aksi massa untuk mendukung perjuangan kelas pekerja. Bedayev menulis: “Tidak ada satu pabrik pun atau tempat-tempat kerja, bahkan yang lebih kecil dari itu, yang tidak menghubungkan antara aksi massa dengan kerja-kerja perwakilan mereka di Duma.”
Kekebalan relatif yang dimiliki oleh anggota Duma dari tindakan polisi memberikan kesempatan kepada perwakilan pekerja untuk menjalankan aktifitas yang relatif terbuka. Mereka mengunjungi pabrik dan menerima delegasi pekerja. Mereka mengunjungi daerah kelas-pekerja, berbicara dengan buruh, mengumpulkan informasi, dan menjalankan tugas internal partai.
Mulai hari pertama Duma dibuka, Bolshevik menggunakan setiap kesempatan untuk memobilisasi massa. Dalam seminggu 60.000 pekerja, seperempat populasi pekerja di St Petersburg melakukan mogok melawan perlakuan sembrono terhadap pelaut yang dituduh bersekongkol melakukan persiapan pemberontakan. Seperempat juta klas buruh di seluruh Rusia bergabung dalam protes tersebut.
Badayev menggambarkan peristiwa demi peristiwa bagaimana buruh melakukan pemogokan dan protest jalanan untuk memenangkan tuntutan mereka. Isunya bermacam-macam dan beraneka ragam. Ledakan di dalam pabrik mesiu, usaha-usaha untuk memotong jam kerja, larangan bekerja dari pabrik-pabrik yang tidak produktif, bahkan perlakuan yang tidak adil dari atasan mereka merupakan alasan yang cukup bagi buruh untuk melakukan aksi. Wakil Bolshevik di Duma secara aktif mengkampanyekan dukungan mereka pada pemogokan-pemogokan dan aksi protes. Mereka memanfaatkan kekebalan parlemen untuk melakukan investigasi pada persoalan-persoalan pabrik. Mereka bernegosiasi dengan pemerintah atas nama buruh, selalu melaporkan kembali ke buruh hasil-hasil perundingan mereka. Mereka mengorganisir dana pemogokan, mengumpulkannya di seluruh negeri.
Pravda merupakan alat sentral bagi kerja-kerja ini. Pravda memuat artikel-artikel tentang perjuangan tersebut. Motivasi-motivasi untuk memberikan sumbangan juga dimuat di terbitan tersebut. Seluruh sumbangan dipusatkan kepada fraksi Bolshevik di Duma, sehingga menjadi titik pusat pengumpulan dan pendistribusian seluruh dana yang terkumpul.
Hubungan dekat dengan pekerja, memungkinkan Bolshevik untuk menggunakan Duma dalam tatanan yang revolusioner. Kapan pun mereka berpidato, mereka menggunakan forum tersebut untuk mengungkap seluruh kondisi yang dihadapi oleh kaum pekerja. Pada satu kesempatan mereka mampu menekan kabinet dengan yang sedang diperjuangkan oleh kelas pekerja. Mereka juga terlibat dalam komite-komite yang kerjanya memperbanyak dan memperluas informasi yang bisa digunakan bagi kerja propaganda. Tetap saja mereka tidak terlibat dalam kerja-kerja legislatif seperti menyetujui undang-undang, kecuali undang-undang yang berguna bagi kaum pekerja. Tujuan dari seluruh aktivitas parlemen ini adalah untuk membangun gerakan massa dan partai revolusioner.

Fraksi Duma dan Partai .
Melalui partisipasi aktif mereka dalam perjuangan kaum buruh anggota fraksi Bolshevik di Duma mendapatkan penghargaan tinggi dari buruh. Mereka menduduki posisi yang tepat dalam kerja-kerja semi legal partai. Tanggungjawab utama mereka bukan kerja-kerja legislatif tetapi menjalankan sejumlah aktifitas buruh yang merupakan aktifitas legal partai revolusioner yang berjalan dalam kondisi Ilegal. Mereka membantu menyusun kesalahan-kesalahan yang dapat menghambat jalan masuk ke kalangan buruh, menyusun konferensi, menggali dana dan menerbitkan majalah-majalah.
Badayev diberi tugas untuk membuat terbitan. Keseluruhan perjuangan mereka ditulis di Pravda. Anggota editorial menjadi sentral aktifitas pergerakan. Perwakilan di Duma harus melakukan kunjungan kepada pemilih mereka, bukan hanya untuk berkonsultasi dengan buruh tetapi untuk memfasilitasi pertumbuhan partai dan cabang-cabangnya. Fraksi itu sendiri menjadi pusat penggorganisasian bagi Partai Bolshevik.
Dalam segala sesuatu hal mereka bertindak di bawah instruksi langsung dari pimpinan Partai. Ada beberapa pertemuan antara wakil Bolshevik dan Komite Pusat Partai. Badayev melukiskan hasil salah satu kunjungan tersebut sebagai berikut ;
Setelah kami kembali dari Krawkow, kami sudah memiliki persenjataan berupa instruksi praktek yang kongkrit. Kebijaksanaan umum tersebut dijalankan oleh 6 anggota Bolshevik di Duma, yang kemudian menjadi gambaran yang jelas dan juga detail seperti kepada siapa mereka harus berbicara mengenai berbagai persoalan, materi harus disiapkan terlebih dahulu, dan semua itu merupakan tugas mendesak yang harus dilakukan di luar Duma. Memang, yang kami lakukan didasarkan dari keseluruhan lingkungan yang komplex dan menjengkelkan, yang bisa langsung merubah ide-ide anggota-anggota pimpinan partai, namun, di atas semua itu, Lenin merupakan figur yang sangat penting bagi kami.
Lenin mengirim pertanyaan-pertanyaan detail kepada seluruh anggota Duma. Ia menulis beberapa pidato yang harus dibacakan di Duma. Sebagai anggota fraksi di Duma ada tekanan tertentu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Duma. Lenin mendesak mereka untuk mengambil posisi yang lebih keras dalam beberapa persoalan, khususnya menyangkut perang yang pecah pada tahun 1914.
Fraksi Bolshevik merupakan satu contoh penting watak fraksi Parlemen Revolusioner. Beberapa tahun kemudian ditemukan bahwa anggota pimpinan Bolshevik yang duduk di Duma ternyata seorang agen polisi. Namun, karena disiplin di dalam fraksi merupakan hal yang dengan sangat baiknya dapat dipelihara di kalangan anggota Bolshevik, maka Roman Malinovsky, agen polisi tersebut, menjadi salah satu juru bicara terbaik Bolshevik di Duma. Ketika Perang Dunia antara imperialis pecah pada tahun 1914, Bolshevik merupakan salah satu dari beberapa Partai Sosial Demokrat yang menentang perang itu. Anggota Bolshevik di Duma menolak memberikan dukungan bagi pemerintah dalam persoalan perang, mengutuk perang imperialis dan melakukan walk-out dari Parlemen. Mereka kemudian ditahan setelah mengorganisir konferensi untuk menjelaskan sikap mereka. Mereka dihukum kerja paksa di Siberia. Penangkapan tersebut memancing demonstrasi, dan memberikan kesempatan bagi Bolshevik untuk menjelaskan kepada massa tentang ketidaksetujuan mereka terhadap perang.
Oposisi terbuka mereka terhadap persoalan perang membuat rejim T’sar memiliki alasan untuk mengawasi Bolshevik dengan lebih ketat. Setelah anggota fraksi di Duma di penjara dan koran partai diambil alih oleh Rejim T’sar, Bolshevik tidak dapat mengkampanyekan gerakan anti perang dalam skala yang lebih luas. Di bawah serangan propaganda patriotik yang terus menerus dikumandangkan Rejim T’sar dan borjuis Liberal menyebabkan minat (mood) massa berubah, dari menolak perang menjadi mendukung perang.
Namun, bagaimana pun juga, kerugian yang diakibatkan oleh pecahnya perang mengakibatkan meningkatnya ketidakpuasan sosial di tahun 1916, dan akhirnya meletus pemberontakan Februari 1917, yang menyapu bersih monarkhi dan parlemen –diganti dual power yang ditunjuk sendiri oleh Pemerintahan Sementara yang didominasi oleh partai Kadet Borjuis-Liberal di satu sisi dan, disisi lain, musuh mereka yaitu Dewan Buruh dan Perwakilan Prajurit (Soviet of Worker’s and Soldiers Deputies), yang awalnya didominasi oleh kaum Demokrat Borjuis-kecil -- Menshevik dan partai Sosialis Revolusioner.
Sehubungan dengan masa pergolakan pada tahun 1917, pengaruh Bolshevik secara perlahan dikalahkan oleh kaum demokrat borjuis kecil dalam barisan kaum buruh, kemudian di antara kalangan tentara yang asal sosialnya petani. Mereka bisa mengembalikan pengaruh mereka di massa secara mayoritas, terutama di di St. Petersburg dan Dewan Buruh Moskow, setelah mereka memimpin perlawanan massa melawan usaha kudeta Jendral Kornilov yang dilakukan pada september 1917, dan atas dasar tersebut mayoritas massa kemudian mendukung mereka untuk memimpin insureksi pada 7 November 1917 (dalam kalender T’sar tanggal 25 Oktober), yang kemudian berhasil mengalihkan seluruh kekuasaan kepada Sovyet (Dewan) gabungan buruh, tentara, dan kaum tani pada Konggres II Seluruh Rusia. Keterlibatan Bolshevik dalam pemilu pada periode 1912-1914 merupakan aspek yang sangat penting yang mendasari keberhasilan revolusi Oktober 1917. Keterlibatan mereka dalam kampanye pemilu, keterlibatan mereka dalam Duma dan pidato-pidato politik mereka, yang dikombinasikan dengan kerja-kerja mereka dalam pabrik serta lingkungan sekitarnya, memungkinkan mereka membangun basis di kalangan kelas pekerja. Ketika pimpinan Bolshevik kembali ke dalam negeri setelah februari 1917, beberapa basis kelas pekerja yang telah mereka bangun sebelum perang masih tetap eksis. Hal ini menyebabkan sepanjang tahun 1917 organisasi Bolshevik berkembang dari jumlah anggota inti revolusioner profesional yang relatif kecil, dengan 20.000 anggota, menjadi partai massa aksi revolusi, dengan 240.000 anggota pada saat Revolusi Oktober.

Pelajaran dari pengalaman Bolshevik
Pengalaman Bolshevik dalam Duma T’sar pada tahun 1912-1914 memberikan pelajaran-pelajaran berharga bagi gerakan sosialis saat ini. Bolsheviks memperlihatkan bahwa pemilihan parlemen dan parlemen dapat dijadikan ajang bagi revolusi sosialis karena membuka kesempatan yang sangat penting bagi kerja-kerja politik legal; parlemen dapat dimanfaatkan oleh kaum revolusioner sebagai alat untuk meraih dan mendekatkan dirinya kepada kelas buruh; yakni dapat dipakai untuk memerangi pengaruh liberalisme di kalangan kelas pekerja (termasuk di dalam parlemen idiot); dapat dipakai untuk mengorganisir dan memobilisir kelas buruh serta melakukan aliansi perjuangan revolusioner untuk merebut kekuasaan politik. Pengalaman Bolshevik memperlihatkan bahwa revolusi dapat memanfaatkan parlemen sebagai kerangka kerja aktifitas revolusioner, tanpa melakukan korupsi dan terlepas dari tanggung jawab terhadap penindasan pemerintah dan kebijaksanaannya; bahwa kerja-kerja parlemen dapat memainkan peranan sentral di dalam keseluruhan lingkup aktifitas partai. Lenin tidak melihat relevansi kerja-kerja pemilu pada periode meningginya radikalisasi; pada periode tersebut kerja-kerja di luar pemilu tidak boleh dianggap sebagai aktifitas pinggiran dan sambilan. Namun, pada periode menurunnya radikalisasi, kerja-kerja pemilu bukan pula merupakan sekadar tanggung jawab rutin, tapi menjadi tanggung jawab pusat partai, membutuhkan mobilisasi kekuasaan yang sangat besar, inspirasi politik, dan perhatian yang sangat besar dan detail. Kampanye pemilihan kaum Sosialis dapat digunakan untuk menggambarkan massa dalam aktifitas extra parlemen. Seruan untuk melakukan boikot pemilihan parlemen, sebagai sebuah taktik yang sah, harus dipakai secara hati-hati. Seperti resolusi Partai Komunis Tentang Parlemen yang diambil dalam kongres kedua Komunis Internasional II, yang diadakan pada tahun 1920, menjelaskan: ‘Boikot dalam pemilihan Parlemen, atau mengabaikan Parlemen, adalah dimungkinkan, terutama ketika kondisi transisi ke perjuangan bersenjata akan segera dilakukan,” seperti ketika massa sudah siap mendukung insureksi bersenjata untuk menghancurkan sistim Parlemen.
Partisipasi yang dilakukan kaum revolusioner di dalam pemilihan parlemen adalah dimungkinkan karena hal itu memberikan kerangka kerja perjuangan untuk menghancurkan ilusi terhadap parlemen secara lebih efektif ketimbang sekadar mencela Parlemen dari luar Parlemen.
Kaum Bolshevik memperlihatkan bahwa perwakilan dalam Parlemen, dalam rangka menjaga mereka dan mengefektifkan garis prinsip mereka, harus disubordinasikan ke dalam partai sebagai kesatuan. Perwakilan parlemen Sosial-Demokratik Eropa Barat sudah memiliki prinsip sehubungan dengan kerja-kerja di palemen. Namun mereka justru mendukung perang Imperialis, berlawanan dengan resolusi sebelumnya yang diambil dalam kongres partai mereka. Mereka menyesuaikan diri dengan kapitalisme. Mereka mulai melihat parlemen sebagai alat untuk memenangkan reformasi legislatif untuk memenangkan ‘kepentingan kelas buruh‘ dan menguntungkan karir Parlementer mereka sendiri .
Tentu saja, hal ini merupakan hasil dari perkembangan kapitalisme di Eropa Barat yang relatif damai, setelah ‘ledakan’ panjang dari 1893 - 1913. Dengan demikian kampanye parlemen tidak dapat lagi dilihat sebagai bagian dari perjuangan massa melawan kapitalisme; karenanya kampanye pemilu hanya dilihat sebagai alat memenangkan reformasi bertahap di dalam kerangka kerja sistim kapitalis.
Sementara, di sisi lain, sikap Bolshevik terhadap parlemen didasarkan pada premis bahwa parlemen borjuis dengan cara bagaimanapun juga sebenarnya tidak dapat dipakai sebagai arena perjuangan reformasi, atau untuk meningkatkan jumlah keterlibatan kelas buruh. Arti penting kemenangan reformasi adalah dapat memobilisir massa kelas buruh --seperti pemogokan, kemudianpawai, arak-arakan (rally) jalanan, pengambilalihan pabrik dan sebagainya. Kerja Parlementer hanya dapat dibantu dengan strategi aksi massa ini.
Bolshevik masih yakin akan pelajaran yang digambarkan oleh Marx dan Engels dari pengalaman revolusi abad 19, menolak parlemen sebagai bentuk negara; mereka memahami bahwa hanya bentuk negara yang berbentuk organ demokratik-sentralistis kekuasaan Buruh lah, seperti pengalaman Komune Paris pada tahun 1871 atau Soviet pada tahun 1905, yang dapat memenuhi kebutuhan kelas buruh. Mereka menolak kemungkinan memenangkan perjuangan lewat parlemen; dan mereka memahami hanya satu kemungkinan untuk berbicara mengenai pemanfaatan institusi negara kapitalis, yakni parlemen borjuis, yang harus dihancurkan di dalam parlemen itu sendiri.
Dalam resolusinya, mereka menyatakan dengan jelas bahwa metode utama perjuangan kelas buruh melawan aturan kapitalis adalah dengan menggunakan metode aksi massa. Meskipun penting, taktik parlemen merupakan pelengkap yang subordinat terhadap aksi massa dan partai. Mereka menjalankan kampanye pemilu bukan sebagai tugas utama untuk memporoleh suara tetapi membangun --melalui propaganda, agitasi dan organisasi-- aksi anti-kapitalis yang melibatkan bukan hanya calon dan pemimpin partai tetapi juga massa kelas buruh. Yakni dengan memanfaatkan kampanye pemilu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh sistim parlemen selama ini --untuk menarik massa kedalam aktifitas politik bukan bahkan melarang mereka terlibat di dalamnya .
Inilah pelajaran positif pengalaman Bolshevik dalam memanfaatkan Parlemen untuk tujuan revolusioner, dan merupakan cermin penolakan mereka terhadap opurtunisme Parlemen kaum reformis Sosial-Demokrat Eropa Barat, yang tesisnya disusun dan diambil dari Konggres II Komunis Internasional pada tahun 1920, The Communist Parties and Parliamentarism.
Dalam pampletnya tentang taktik Marxis – Left-Wing Communism: An Infantile Disorder (yang ditulis dan disebarkan untuk delegasi kongres Komintern II)-- Lenin memaparkan bahwa didalam negara kapitalis maju, seperti Australia, “massa buruh dan --bahkan dalam tingkat yang lebih besar-- sebagian petani yang terbelakang lebih banyak dipengaruhi oleh ilusi demokrasi borjuis dan parlemen, namun tidak demikian halnya dibandingkan dengan mereka yang ada di Rusia; oleh karena itu, hanya melalui semacam institusi parlemen bourjuis kaum komunis dapat (dan harus) melanjutkan satu perjuangan yang panjang dan setia (consistent), tak gentar oleh kesukaran, untuk membongkar, menghilangkan dan mengatasi ilusi-ilusi tersebut.”
Hal ini masih merupakan tugas utama untuk mengkomfrontir kaum sosialis yang mengaku revolusioner di Australia pada saat ini. Belajar dari pengalaman aktifitas parlemen kaum Bolshevik dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi kita dalam membimbing kita melakukan tanggung jawab tersebut .***

0 komentar: